PANJAT TEBING
Panjat Tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olahraga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.
Pada perkembangannya kegiatan panjat tebing berevolusi menjadi berbagai dimensi kegiatan: olahraga yang mengejar prestasi, petualangan yang mengejar kepuasan pribadi, dan sebagai kegiatan profesi untuk mencari nafkah yaitu Kerja pada Ketinggian.
Jumlah setiap peralatan yang digunakan akan dipengaruhi oleh jumlah pemanjat, tehnik pemanjatan maupun medan pemanjatan. Macam peralatan akan dipengaruhi oleh kesiapan pemanjat, baik kemampuan maupun antisipasinya.
Berikut beberapa peralatan dasar yang digunakan untuk memanjat tebing:[4]
• Helm, pada pemanjatan tebing berfungsi kurang lebih sama dengan helm pada umumnya yaitu untuk melindungi kepala dari benturan. Helm digunakan untuk pemanjatan pada tebing alam, selain untuk menhindari benturan kepada pada tebing juga untuk mengurangi risiko jika tertimpa banda jatuh. Untuk pemanjatan artifisial (terutama saat kompetisi) penggunaan helm tidak lazim.
• Kernmantle rope/Tali kernmantle, merupakan peralatan pengaman utama bagi pemanjat dari kejatuhan dengan jarak ketinggian tertentu. Panjang Kernmantle rope rata-rata adalah 70 meter. Jenis kernmantle untuk pemanjatan terbagi menjadi dua: dinamik dan statik. Tali dinamis biasa digunakan untuk pemanjatan dengan teknik lead (rintisan) karena ketika pemanjat terjatuh akan mempunyai elastitas yang cukup baik sehingga menghindari terjadi cedera dalam (khususnya tulang belakang). Tali statik pun tidak sarankan untuk digunakan mengingat elastitasnya yang sangat rendah yang berbahaya pada energi yang terpaksa harus diterima oleh tubuh jika terbebani saat pemanjat terjadi.
• Climbing Shoes/Sepatu Panjat untuk panjat tebing maupun panjat dinding memiliki kesamaan fungsi, yaitu untuk membantu pemanjat untuk berpijak pada permukaan vertikal, dan melindungi kaki dari tajamnya bebatuan maupun gesekan bebatuan yang kasar.
• Chalk bag/Kantung kapur, merupakan sebuah tas kantung untuk menampung bubuk magnesium klorida, yang membantu pemanjat mengurangi kelembapan pada telapak tangan ketika melakukan pemanjatan, sehingga dapat membuat pegangan pemanjat tetap stabil.
• Sling, sangat bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding, sling dapat digunakan sebagai runners, back up maupun menjadi bagian pengaman lainnya. Sling dibagi menjadi dua macam, sling prusik dan sling webbing, untuk panjang dan diameter sling memiliki banyak variasi.
• Full Body harness, merupakan peralatan panjat yang dikenakan pada tubuh. Body harness biasa digunakan untuk dunia kerja, rescue dan flying fox. Body harness membantu penggunanya untuk tetap dalam posisi duduk.
• Seat harnes, selain Full Body harness dikenal juga seat harness. Untuk pemanjatan sport dan petualangan (mounteineering) lazim digunakan seat harness, karena simple. Sedangkan full body harness digunakan di dunia industri. Perbedaan full-body dan seat-haness adalah saat pemanjat jatuh full body harness akan mempunyai kemungkinan yang sangat besar pemanjat akan jatuh dengan posisi kaki dibawah, sedangkan seat-harness mempunyai kemungkinan kepala berada dibawah ketika terjatuh. Sehingga untuk dunia kerja yang sangat menghindari risiko, seat harness tidak dibenarkan untuk digunakan.
• Sarung tangan, akan melindungi tangan bagi belayer ketika mengamankan pemanjat maupun rapler dari bahaya gesekan telapak tangan dengan tali pengaman.
• Hammer/palu, sangat dibutuhkan untuk pemasangan pengaman buatan berupa piton pada panjat tebing, cara membawa hammer akan lebih mudah bagi pemanjat jika tali pada hammer disilangkan pada bahu pemanjat.
• Carabiners, diciptakan untuk menggabungkan berbagai jenis peralatan. Carabiners memiliki banyak bentuk dan variasi, umumnya carabiners dibagi menjadi dua jenis, yaitu carabiner non screw gate dan carabiner screw gate. Carabiners biasa dihubungkan pada tali maupun pengaman untuk pemanjatan, carabiner sangat kuat karena sebuah nyawa disandarkan pada carabiner ketika dilakukan suatu pemanjatan dari bahaya jatuhnya pemanjat dari ketinggian.
• Quickdraw/runner, merupakan gabungan antara prusik dan dua buah carabiner. Biasanya digunakan untuk menjadi bagian penyambung antara chocks, friends, tricams, bolts ataupun pitons terhadap tali carnmantel.
• Hand ascender, merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu pemanjat
Kawasan panjat tebing adalah wilayah pemanjatan yang terdiri minimal dari satu tebing alam pemanjatan.
Tingkat Kesulitan Jalur Pemanjatan adalah skala subjektif untuk mengukur seberapa sulit sulit suatu jalur pemanjatan. Tingkat kesulitan diukur oleh para pemanjat yang mencoba suatu jalur, berdasarkan percobaan itu ditentukanlah tingkat kesulitan. Di dunia dikenal berbagai sistem pengukuran. Yang banyak digunakan di Indonesia adalah skala pengukuran US Yosemite System yaitu menggunakan notasi 5.xx (5.1 - 5.15). Jalur tersulit yang ada di Indonesia adalah di tingkat 5.13b yaitu jalur Si Berat di Tebing 125, Kawasan Pemanjatan Citatah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sedangkan kebanyakan tingkat kesulitan pemanjatan di Indonesia adalah berkisar di 5.9-5.10.
Tebing artifisial adalah fasilitas dinding panjat yang dibuat manusia.
Tebing alam (natural rock) adalah tebing batu yang dapat dilakukan sebagai tempat untuk melakukan pemanjatan tebing
Bouldering (jalur-pendek) adalah cara memanjat suatu jalur yang berisi minimal satu titik-fokus kesulitan. Jenis jalur bouldering mempunyai ketinggian maksimum yang aman dilakukan pemanjatan tanpa menggunakan mengaman tali.
Crux adalah titik tersulit pada jalur pemanjatan.
Red-point adalah nilai yang diperoleh seorang pemanjat jika berhasil melakukan pemanjatan tanpa membebankan tali pengaman pada suatu jalur pemanjatan setelah melakukan percobaan pemanjatan lebih dari satu kali.
On-sigth adalah nilai tertinggi yang diperoleh oleh seorang pemanjat jika berhasil melakukan pemanjatan tanpa membebankan tali pengaman dengan satu percobaan dan tanpa melihat pemanjat lain sebelumnya melakukan pemanjatan pada jalur tersebut.
Lead climbing adalah teknik memanjat jalur pemanjatan dimana pemanjat pertama memasang peralatan pengaman dan diamankan oleh seorang pengaman (belayar) dari bawah. Teknik pemanjatan ini cocok untuk pemanjat yang telah mempunyai kemampuan memadai untuk melakukan pemanjatan.
Top-rope climbing adalah teknik memanjat suatu pemanjatan dimana tali pengaman pemanjatan telah terpasang pada titik akhir pemanjatan dan pemanjat tidak perlu memasang sendiri pengamanan selama pemanjatan. Pada pemanjatan ini pemanjat nyaris tidak mungkin jatuh jika gagal melakukan pemanjatan. Teknik ini digunakan untuk pemanjat pemula yang akan melakukan pemanjatan suatu jalur.
Jalur-tersedia adalah jalur pemanjatan telah dibuat oleh pemanjat sebelumnya yang telah diberi pengaman permanen (berupa hanger atau piton) sehingga pemanjat lain tinggal mengaitkan cincin kait untuk mengamankan pemanjatannya.
Pada perkembangannya kegiatan panjat tebing berevolusi menjadi berbagai dimensi kegiatan: olahraga yang mengejar prestasi, petualangan yang mengejar kepuasan pribadi, dan sebagai kegiatan profesi untuk mencari nafkah yaitu Kerja pada Ketinggian.
Jumlah setiap peralatan yang digunakan akan dipengaruhi oleh jumlah pemanjat, tehnik pemanjatan maupun medan pemanjatan. Macam peralatan akan dipengaruhi oleh kesiapan pemanjat, baik kemampuan maupun antisipasinya.
Berikut beberapa peralatan dasar yang digunakan untuk memanjat tebing:[4]
• Helm, pada pemanjatan tebing berfungsi kurang lebih sama dengan helm pada umumnya yaitu untuk melindungi kepala dari benturan. Helm digunakan untuk pemanjatan pada tebing alam, selain untuk menhindari benturan kepada pada tebing juga untuk mengurangi risiko jika tertimpa banda jatuh. Untuk pemanjatan artifisial (terutama saat kompetisi) penggunaan helm tidak lazim.
• Kernmantle rope/Tali kernmantle, merupakan peralatan pengaman utama bagi pemanjat dari kejatuhan dengan jarak ketinggian tertentu. Panjang Kernmantle rope rata-rata adalah 70 meter. Jenis kernmantle untuk pemanjatan terbagi menjadi dua: dinamik dan statik. Tali dinamis biasa digunakan untuk pemanjatan dengan teknik lead (rintisan) karena ketika pemanjat terjatuh akan mempunyai elastitas yang cukup baik sehingga menghindari terjadi cedera dalam (khususnya tulang belakang). Tali statik pun tidak sarankan untuk digunakan mengingat elastitasnya yang sangat rendah yang berbahaya pada energi yang terpaksa harus diterima oleh tubuh jika terbebani saat pemanjat terjadi.
• Climbing Shoes/Sepatu Panjat untuk panjat tebing maupun panjat dinding memiliki kesamaan fungsi, yaitu untuk membantu pemanjat untuk berpijak pada permukaan vertikal, dan melindungi kaki dari tajamnya bebatuan maupun gesekan bebatuan yang kasar.
• Chalk bag/Kantung kapur, merupakan sebuah tas kantung untuk menampung bubuk magnesium klorida, yang membantu pemanjat mengurangi kelembapan pada telapak tangan ketika melakukan pemanjatan, sehingga dapat membuat pegangan pemanjat tetap stabil.
• Sling, sangat bermanfaat pada panjat tebing maupun panjat dinding, sling dapat digunakan sebagai runners, back up maupun menjadi bagian pengaman lainnya. Sling dibagi menjadi dua macam, sling prusik dan sling webbing, untuk panjang dan diameter sling memiliki banyak variasi.
• Full Body harness, merupakan peralatan panjat yang dikenakan pada tubuh. Body harness biasa digunakan untuk dunia kerja, rescue dan flying fox. Body harness membantu penggunanya untuk tetap dalam posisi duduk.
• Seat harnes, selain Full Body harness dikenal juga seat harness. Untuk pemanjatan sport dan petualangan (mounteineering) lazim digunakan seat harness, karena simple. Sedangkan full body harness digunakan di dunia industri. Perbedaan full-body dan seat-haness adalah saat pemanjat jatuh full body harness akan mempunyai kemungkinan yang sangat besar pemanjat akan jatuh dengan posisi kaki dibawah, sedangkan seat-harness mempunyai kemungkinan kepala berada dibawah ketika terjatuh. Sehingga untuk dunia kerja yang sangat menghindari risiko, seat harness tidak dibenarkan untuk digunakan.
• Sarung tangan, akan melindungi tangan bagi belayer ketika mengamankan pemanjat maupun rapler dari bahaya gesekan telapak tangan dengan tali pengaman.
• Hammer/palu, sangat dibutuhkan untuk pemasangan pengaman buatan berupa piton pada panjat tebing, cara membawa hammer akan lebih mudah bagi pemanjat jika tali pada hammer disilangkan pada bahu pemanjat.
• Carabiners, diciptakan untuk menggabungkan berbagai jenis peralatan. Carabiners memiliki banyak bentuk dan variasi, umumnya carabiners dibagi menjadi dua jenis, yaitu carabiner non screw gate dan carabiner screw gate. Carabiners biasa dihubungkan pada tali maupun pengaman untuk pemanjatan, carabiner sangat kuat karena sebuah nyawa disandarkan pada carabiner ketika dilakukan suatu pemanjatan dari bahaya jatuhnya pemanjat dari ketinggian.
• Quickdraw/runner, merupakan gabungan antara prusik dan dua buah carabiner. Biasanya digunakan untuk menjadi bagian penyambung antara chocks, friends, tricams, bolts ataupun pitons terhadap tali carnmantel.
• Hand ascender, merupakan peralatan yang digunakan untuk membantu pemanjat
Kawasan panjat tebing adalah wilayah pemanjatan yang terdiri minimal dari satu tebing alam pemanjatan.
Tingkat Kesulitan Jalur Pemanjatan adalah skala subjektif untuk mengukur seberapa sulit sulit suatu jalur pemanjatan. Tingkat kesulitan diukur oleh para pemanjat yang mencoba suatu jalur, berdasarkan percobaan itu ditentukanlah tingkat kesulitan. Di dunia dikenal berbagai sistem pengukuran. Yang banyak digunakan di Indonesia adalah skala pengukuran US Yosemite System yaitu menggunakan notasi 5.xx (5.1 - 5.15). Jalur tersulit yang ada di Indonesia adalah di tingkat 5.13b yaitu jalur Si Berat di Tebing 125, Kawasan Pemanjatan Citatah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sedangkan kebanyakan tingkat kesulitan pemanjatan di Indonesia adalah berkisar di 5.9-5.10.
Tebing artifisial adalah fasilitas dinding panjat yang dibuat manusia.
Tebing alam (natural rock) adalah tebing batu yang dapat dilakukan sebagai tempat untuk melakukan pemanjatan tebing
Bouldering (jalur-pendek) adalah cara memanjat suatu jalur yang berisi minimal satu titik-fokus kesulitan. Jenis jalur bouldering mempunyai ketinggian maksimum yang aman dilakukan pemanjatan tanpa menggunakan mengaman tali.
Crux adalah titik tersulit pada jalur pemanjatan.
Red-point adalah nilai yang diperoleh seorang pemanjat jika berhasil melakukan pemanjatan tanpa membebankan tali pengaman pada suatu jalur pemanjatan setelah melakukan percobaan pemanjatan lebih dari satu kali.
On-sigth adalah nilai tertinggi yang diperoleh oleh seorang pemanjat jika berhasil melakukan pemanjatan tanpa membebankan tali pengaman dengan satu percobaan dan tanpa melihat pemanjat lain sebelumnya melakukan pemanjatan pada jalur tersebut.
Lead climbing adalah teknik memanjat jalur pemanjatan dimana pemanjat pertama memasang peralatan pengaman dan diamankan oleh seorang pengaman (belayar) dari bawah. Teknik pemanjatan ini cocok untuk pemanjat yang telah mempunyai kemampuan memadai untuk melakukan pemanjatan.
Top-rope climbing adalah teknik memanjat suatu pemanjatan dimana tali pengaman pemanjatan telah terpasang pada titik akhir pemanjatan dan pemanjat tidak perlu memasang sendiri pengamanan selama pemanjatan. Pada pemanjatan ini pemanjat nyaris tidak mungkin jatuh jika gagal melakukan pemanjatan. Teknik ini digunakan untuk pemanjat pemula yang akan melakukan pemanjatan suatu jalur.
Jalur-tersedia adalah jalur pemanjatan telah dibuat oleh pemanjat sebelumnya yang telah diberi pengaman permanen (berupa hanger atau piton) sehingga pemanjat lain tinggal mengaitkan cincin kait untuk mengamankan pemanjatannya.
Komentar
Posting Komentar